Tuesday, October 23, 2012

Artikel Ilmiah Tentang Kesehatan dan Motivasi Kerja


Motivasi bermula dari kata Movere (bahasa latin) yang sama dengan to move (bahasa Inggris) yang berarti mendorong atau menggerakan. Dengan demikian motivasi merupakan semua kekuatan yang ada dalam diri seseorang yang memberi daya, memberi arah dan memelihara tingkah laku.
Menurut Hasibuan  (2003 : 142) motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Jadi motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan,  agar mau bekerja sama secara produktif, berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias  mencapai hasil yang optimal.
Motivasi pada seorang karyawan untuk bekerja biasanya merupakan hal yang rumit, karena motivasi itu melibatkan faktor-faktor individual dan faktor-faktor organisasional. Faktor-faktor yang bersifat individual diantaranya adalah : kebutuhan-kebutuhan (needs), tujuan-tujuan (goals), sikap (attitude), dan kemampuan-kemampuan (abilities), sedangkan faktor-faktor organisasional antara lain : pembayaran atau gaji (pay), keamanan pekerjaan (job security), sesama karyawan (coworkers), pengawasan (supervision), pujian (praise), dan pekerjaan itu sendiri (job itself) (Gomes, 2001).
Herzberg sebagaimana diuraikan dalam Davis & Newstrom, (1995), Parrek, (1996), Munandar, (2001), dan Hasibuan, (2003), membagi motivasi kerja kedalam 2 (dua) faktor, yang diberi nama Teori Dua Faktor (Herzberg, Two Factors Motivation Theory), yaitu :
1.    Faktor yang berkaitan dengan isi pekerjaan, yang merupakan faktor intrinsik dari pekerjaan tersebut, antara lain : a) tanggung jawab (responsibility), besar kecilnya tanggung jawab yang dirasakan dan diberikan kepada seorang karyawan; b) kemajuan (advancement), besar kecilnya kemungkinan karyawan dapat maju dalam pekerjaannya; c) pekerjaan itu sendiri (the work itself), besar kecilnya tantangan yang dirasakan oleh karyawan dari pekerjaannya; d) pencapaian (achievement), besar kecilnya kemungkinan karyawan mencapai prestasi kerja, mencapai kinerja yang tinggi; e) pengakuan (recognition), besar kecilnya pengakuan yang diberikan kepada karyawan atas kinerja yang dicapai. Jika faktor-faktor tersebut tidak (dirasakan) ada, maka karyawan menurut Herzberg, merasa not satisfied (tidak lagi puas), yang berbeda dari dissatisfied (tidak puas).
2.    Faktor Pemeliharaan (Higiene) merupakan kelompok faktor lain yang menimbulkan ketidakpuasan, berkaitan dengan konteks pekerjaan, berupa faktor-faktor ekstrinsik dari pekerjaan, yaitu : a) kebijakan dan administrasi perusahaan (company policy and administration, derajat kesesuaian yang dirasakan karyawan dari semua kebijakan dan peraturan yang berlaku dalam organisasi; b) kondisi kerja (working condition), derajat kesesuaian kondisi kerja  dengan proses pelaksanaan tugas pekerjaannya; c) Gaji dan upah (wages or salaries), derajat kewajaran dari gaji yang diterima sebagai imbalan kinerjanya; d) hubungan antar pribadi (interpersonal relation), derajat kesesuaian yang dirasakan dalam berinteraksi dengan karyawan yang lain; e) kualitas supervisi (quality supervisor), derajat kewajaran penyeliaan yang dirasakan dan diterima oleh karyawan.
Faktor intrinsik dan faktor pemeliharaan menurut Herzberg harus dapat terwujud secara bersama-sama dan saling mendukung. Faktor intrinsik merupakan faktor motivasi yang ditujukan pada perwujudan kepuasan kerja sedangkan faktor pemeliharaan (higiene) akan mempengaruhi timbulnya ketidakpuasan kerja. Sehingga dapat dikatakan bahwa faktor pencipta kepuasan harus ditingkatkan dan faktor ketidakpuasan harus mendapat perhatian untuk diminimalisir. Berdasarkan pemahaman tersebut, teori 2 Faktor oleh Herzberg secara ringkas dapat ditunjukkan pada bagan berikut :




Gambar 2.1 Teori 2 Faktor
Sumber : Hasibuan, 2003

Selanjutnya, motivasi pada dasarnya merupakan upaya pemuasan kebutuhan dari setiap individu. Pemuasan kebutuhan tersebut merupakan tujuan dari motif yang menggerakkan perilaku seseorang. Pada gambar 2.1, motivasi dipandang sebagai satu reaksi berantai yang dimulai dari adanya kebutuhan yang menimbulkan keinginan untuk memuaskannya sebagai tujuan, menghasilkan ketegangan psikologis yang mengarahkan perilaku kepada tujuan (kepuasan).



Gambar 2.1 Rantai Motivasi
Sumber : Barelson dan Stainer dalam Koonts (2001 ; 115)

Abraham H. Maslow dengan teori motivasinya tentang kebutuhan mengemukakan ada lima tingkatan kebutuhan manusia secara berjenjang : 1) phisik : sandang, pangan, dan papan; 2) rasa aman dan jaminan : tidak ada kekawatiran akan dikeluarkan dari tempat kerja sewaktu-waktu; 3) kasih sayang dan kebersamaan; 4) penghargaan dan pengakuan; dan 5) aktualisasi diri. Dari beberapa tingkatan kebutuhan tersebut, dikatakan bahwa pada umumnya kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya akan muncul setelah kebutuhan pada tingkatan sebelumnya terpenuhi/ terpuaskan.
David Mc. Clelland (Wexley, 1991:227-231) dengan Three N yaitu : 1) needs for achievement ; 2) needs for power ; 3) needs for afiliation. Teori ini didasarkan bahwa setiap individu manusia butuh berprestasi, kekuasaan dan afiliasi. Hasil penelitian David Mc. Clelland menunjukkan bahwa kebutuhan berprestasi merupakan kebutuhan manusia yang nyata, yang dapat dibedakan dengan yang lain, dan memerlukan motivasi yang cukup tinggi.
Hersey & Blanchard (1986, 69-74) kaitannya dengan kerangka motivasi dan tujuan menjelaskan keterkaitan teori Maslow dengan Herzberg. Maslow mengidentifikasi kebutuhan atau motif yang ada pada seseorang dalam melakukan kegiatan, sedangkan Herzberg menitikberatkan pada kepuasan kegiatan (prestasi) yang akan memotivasi seseorang dalam melakukan kegiatannya. Kebutuhan penghargaan, pengakuan, aktualisasi diri pada hirarki Maslow merupakan faktor motivator dari Herzberg, sedangkan kebutuhan fisiologi, rasa aman dan jaminan, cinta kasih dan kerbersamaan, serta sebagian kebutuhan penghargaan dan pengakuan pada hiarki Maslow, identik dengan faktor hygiene/pemeliharaan dari Herzberg.
Menurut pandangan Islam, pemberian motivasi kepada individu diperlukan untuk dapat mewujudkan suatu aktivitas kerja yang baik khususnya dalam upaya perjuangan Keislaman. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah Al Anfal ayat 60, sebagai berikut :

Terjemahan      :    “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)

1 comment: